04 November 2011


Suka suka suuukaaaa bgt ama lagu ini... pika21

Need lyric?...

"Someone Like You"pucca_love_10

I heard that you settled down
That you found a girl and you're married now.
I heard that your dreams came true.
Guess she gave you things I didn't give to you.

Old friend, why are you so shy?
Ain't like you to hold back or hide from the light.

I hate to turn up out of the blue uninvited
But I couldn't stay away, I couldn't fight it.
I had hoped you'd see my face and that you'd be reminded
That for me it isn't over.

Never mind, I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
Don't forget me, I beg
I remember you said,
"Sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead,
Sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead,"
Yeah.

You know how the time flies
Only yesterday was the time of our lives
We were born and raised
In a summer haze
Bound by the surprise of our glory days

I hate to turn up out of the blue uninvited
But I couldn't stay away, I couldn't fight it.
I had hoped you'd see my face and that you'd be reminded
That for me it isn't over.

Never mind, I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
Don't forget me, I beg
I remember you said,
"Sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead."

Nothing compares
No worries or cares
Regrets and mistakes
They are memories made.
Who would have known how bittersweet this would taste?

Never mind, I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you
Don't forget me, I beg
I remember you said,
"Sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead."

Never mind, I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
Don't forget me, I beg
I remember you said,
"Sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead,
Sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead."

28 October 2011

Yippi yippi yee...

Hmm, kesiannya blog ini.. dah lama banget dianggurin. Terakhir postingdisini
udah sekitar Agustus yang lalu.

Bukannya nggak punya hal-hal menarik untuk diceritain, tapi lebih ke nggak punya kemampuan aja buat nyusun kata-kata buat ditulis disini. Nah kalau kata-katanya gak menarik, kan nggak akan enak buat dibaca #alesan!

03 August 2011

Wahai seseorang yang telah tertulis dalam lauhul mahfudzku, imam ku dan ayah dari anak-anakku, engkau yg membersamai perjalananku nanti.

  • Aku percaya kau sedang memperbaiki dirimu, memantaskan dirimu tuk menjadi imam bagi tulang rusukmu dan buah hatimu kelak.
  • Aku percaya kau sedang menempa dirimu dalam beribu cobaan dengan, mencampakkan jauh egomu.
  • Aku percaya kau sedang mengkaji, kau sedang belajar,belajar ilmu dunia terutama ilmu akhirat,yang akan kau gunakan dalam mendidikku dan buah hati kita nanti.
  • Aku percaya Al-Qur’an selalu ada dalam hatimu, selalu terucap dari bibirmu dan dzikir slalu melantun menemani langkah jihadmu.
  • Aku percaya kau sedang menundukkan pandanganmu,menjaga hatimu dan mencampakkan hawa nafsumu untuk menjaga kepercayaan yang telah kuberikan.
  • Aku percaya kau sudah merancang hidupmu, hidup kita, keluarga kita, untuk dan hanya karnaNya.
  • Aku percaya,kau sedang memantaskan diri dan terus memperbaiki diri dsana, dibelahan bumi manapun kau berada. Aku pun begitu sayang...
  • Aku sedang belajar… belajar menempa diri, menjauhkan egoku, membaktikan diriku untuk orang lain, agar baktiku padamu pun sempurna.
  • Aku sedang belajar, meniti cita-cita duniaku, meniti cita-cita akhiratku, agar kelak keluarga islami dan kluarga Qur’ani yg aq inginkan nanti dapat kubangun bersamamu… karna kau tahu? meskipun kau imamku, ibu adalah madrasah pertama bagi mujahidah kecilnya nanti.
  • Aku sedang belajar menjaga diri,menjaga pandangan dan hatiku,agar ketika kau memiliki hati ini, hati ini masih utuh sempurna hanya untukmu.
  • Aku sedang menempa diri, untuk menjadi seorang Khadijah untukmu,yang menjadi tempatmu membagi resah… seseorang yang kau datang padanya, saat kau tak tahu lagi akan datang pada siapa… seseorang yang menguatkanmu dan menggenggam slalu tanganmu dalam perjalanan jihadmu
  • Akupun ingin menjadi ‘aisyah’ mu, seorang yang membuatmu tersenyum dan kembali ceria saat penatmu mulai datang, seorang yang menyerap ilmu darimu dengan sempurna dan membenarkan apa-apa yang salah dalam lakumu, seseorang yang mencintaimu dengan cemburunya, namun bisa kau rasakan sakitnya saat aku tersakiti, hingga kau katakan pada yg lain “janganlah kau sakiti aku dengan cara menyakti ‘aisyah’.
  • Aku ingin mejadi fatimah, yang tak kau bagi cintamu pada yang lain.. bukan karna aku tak percaya kau tidak dapat berlaku adil,tapi karna aku ingin mencintaimu dengan sempurna,tanpa diganggu oleh cemburuku,itu saja
  • Tak kalah lagi, aku ingin menjadi seperti ibunda hajar, yang tak gentar saat kau tinggalkan di padang pasir tandus dengan seorang bayi mungil di pelukan.. tak takut akan kehilanganmu, karna keyakinanku pada Rabbku lebih besar daripada yakinku padamu. Cintaku padamu tak akan mengalahkan cintaku pada Rabbku. Usahaku ini tidak mudah sayang, begitupun usahamu kuyakin itu maka tetaplah dalam jihadmu tetaplah dalam usahamu, tetaplah dalam ikhtiarmu. Aku yakin kau kuat disana, dan doakanlah agar akupun kuat disini dalam jihad dan ikhtiarku, bawalah aku dalam tiap doa dan sujudmu. Kumohon karna doa yg dapat menolongku hingga saatnya, kita bertemu dalam ikatan suci menyempurnakan separuh diri, dan kita akan melanjutkan jihad kita bersama, dan nanti terimalah aku apa adanya jika aku belum bisa mejadi khadijahmu, ‘aisyahmu atau bahkan menjadi seperti ibunda hajar tapi bimbinglah aku menjadi seperti mereka dan kita bimbing bersama mujahid muda kita nanti.
  • teruntukmu yang ada disana, kuatlah dan bersabarlah bawalah aku dalam doa dan sujudmu, agar cinta kita nanti, hanya karnaNya… Aamiin…

-note facebook-

Ini cerita tentang aku, tentang hidup… Tentang bagaimana aku tidak mensyukuri hidup, tidak menyadari betapa kayanya hidupku dengan anugerah Allah.

Kusadari, bahwa hidupku lebih banyak diisi dengan keluhan dan protes kepada Sang Maha Berkehendak!.. sejuta “Kenapa”, beribu “umpatan” membuat aku lupa bersyukur (atau malah sengaja???), membuat aku buta dan akhirnya gak menyadari kalau apa yang aku alami, apa yang aku punyai, dan apa yang telah aku rasa itu semuanya anugerah.

beribu atau bahkan berjuta orang rela mati demi bertukar tempat denganku. diluar sana mereka justru masih sedang berjuang memperoleh sepersekian persen dari apa yang telah aku punyai sekarang.

Alangkah naifnya aku, alangkah busuknya hatiku kalau aku hanya berfikir negatif kepadaNya.

Ya Allah, ampunilah aku…

Selama ini aku selalu menyalahkanMu atas apa yang telah terjadi dihidupku, yang selama ini kuanggap sebagai suatu kekurangan ternyata tersembunyi hadiah dariMu ya Rabb.

Aku selalu ingin menjadi orang lain, menjadi lebih indah fisiknya… berharap lebih tinggi, lebih kurus, lebih putih, lebih cantik, lebih mancung, dan lebih segalanyaaa

Aku selalu ingin menjadi orang lain, menjadi lebih kaya hartanya…. berharap lebih banyak tabungannya, gadget yang mutakhir, kendaraan yang mewah, perhiasan yang indah, baju-baju yang mahal, sepatu bermerk, tas yang sama seperti mereka-mereka yang modis

Aku selalu ingin menjadi orang lain, menjadi lebih mapan… berharap kerja di perusahaan elit dengan ruangan pribadi. Dengan pakaian mewah, dengan jenjang karir yang bagus, dengan lafal english yang lancar

Aku selalu ingin menjadi orang lain, menjadi lebih dalam setiap impian duniawi…. keinginan itu muncul setiap kali melihat, mendengar dan merasa cemburu dengan mereka.

Aku juga ingin menjadi seperti orang lain yang lebih bagus hafalan Qurannya, lebih rajin ibadahnya, lebih sering sedekahnya dan lebih dekat denganMu ya Rabb! tapi kenapa keinginanku kali ini tidak sebesar keinginanku akan duniawi…

Ampuni hamba ya Ilahi…

Hamba sadari kekeliruan ini. Hamba gak bersyukur justru malah kufur akan nikmatMu.

Apa yang kurang coba?? Engkau telah karuniakan hamba fisik yang lengkap tanpa kurang apapun. Kakiku sangat kuat untuk menopang tubuh dan beraktifitas. Jari-jariku lengkap dan sangat kuat untuk melakukan hal apapun.

Engkau juga telah karuniakan hamba keluarga yang utuh, lengkap, berkecukupan… Engkau juga telah karuniakan hamba anugerah untuk lahir dari rahim seorang wanita yang ketegarannya tidak bisa dinilai, kesabarannya tidak bisa diukur, dan kasihnya yang tidak terbatas!

Engkau juga berikan hamba pekerjaan dengan gaji yang besar. pekerjaan yang tidak beresiko besar, tidak berpeluh dan berlumpur. Engkau anugerahkan kemampuan hamba untuk memiliki materi duniawi… Motor, gadget, emas, dan beribu barang lainnya yang mampu hamba beli untuk memenuhi kebutuhan duniawi hamba

Engka juga berikan pasangan kepada hamba Ya Rabb, pasangan yang tidak hanya indah dari fisik saja, tapi juga sifat dan perilakunya. Ia sabar, ia setia, ia bijak dan yang terpenting mau menerima hamba beserta seluruh kekurangan hamba

Engkau juga berikan hamba kesempatan untuk menikmati hidup tanpa perlu bergantung kepada orang lain.

LALU APAAAAA?

Hidupku sudah cukup indah. mengapa harus merasa iri dan cemburu kepada orang lain? mengapa terus-menerus haus akan kenikmatan dunia?

cukupkah ibadah yang sudah kulakukan selama ini untuk mensyukuri semua nikmat yang telah Engkau beri Ya Allah..

Mohon jangan hukum hamba atas kekufuran nikmat ini Ya Rabb

Aku bangga menjadi diriku sendiri! Aku sudah cukup, aku gak mau menjadi orang lain… Jika aku terus menerus ingin menjadi orang lain? lalu.. siapa nanti yang mau menjadi SEPERTI AKU???


Nemuin postingan yang buat air mata mendanau.... Insya Allah menjadi contoh teladan bagi kita semua, bukan hanya kaum Adam tapi juga untuk para Istri di dunia ini yang menghargai pasangan hidupnya...




Bismillahir-Rahmanir-Rahim​ ...

Di mana lagi aku temui perempuan semacammu ..? ..

Tilawahmu tidaklah terlalu merdu, keimananmu pun seolah bersandar kepadaku.
Tapi, di mana lagi aku temui perempuan seikhlasmu .. ? ..

Wajahmu tak cantik melulu, masakanmu pun tidak lezat selalu.
Tapi, katakan kepadaku, di mana lagi aku jumpai perempuan seperkasamu .. ? ..

Kau bahkan tidak biasa berbicara mewakili dirimu sendiri, dan acapkali menyampaikan isi hatimu dalam bahasa yang tak berkata-kata...

Demi Tuhan, tapi aku benar-benar tidak tahu, ke mana lagi aku cari perempuan seinspiratif dirimu? Ingatkah lima tahun lalu aku hanya memberimu selingkar cincin 3 gram yang engkau pilih sendirian? Tidak ada yang spektakuler pada awal penyatuan kita dulu. Hanya itu. Karena aku memang tidak punya apa-apa. Ah, bagaimana bisa aku menemukan perempuan lain sepertimu?

Aku tidak akan melupakan amplop-amplop lusuhmu, menyimpan lembaran ribuan yang kausiapkan untuk belanja satu bulan. Dua ribu per hari. Sudah kauhitung dengan cermat. Berapa rupiah untuk minyak tanah, tempe, cabe, dan sawi. Ingatkah, Sayang? Dulu kita begitu akrab dengan racikan menu itu. Setiap hari. Sekarang aku mulai merasa, itulah masa paling indah sepanjang pernikahan kita.

Lepas maghrib aku pulang, berkeringat sebadan, dan kaumenyambutku dengan tenang. Segelas air putih, makan malam: tempe, sambal, dan lalap sawi. Kita bahagia. Sangat bahagiaĆ¢...

Aku bercerita, seharian ada apa di tempat kerja. Kau memijiti punggungku dengan jemarimu yang lemah tapi digdaya. Kau lalu bercerita tentang tingkah anak-anak tetangga. Kala itu kita begitu menginginkan hadirnya buah cinta yang namanya pun telah kusiapkan sejak bertahun-tahun sebelumnya.

Kita tidak pernah berhenti berharap, kan, Honey? Dua kali engkau menahan tangismu di ruang dokter saat kandunganmu mesti digugurkan. Aku menyiapkan dadaku untuk kepalamu, lalu membisikkan kata-kata sebisaku, "tidak apa-apa. Nanti kita coba lagi. Tidak apa-apa."

Di atas angkot, sepulang dari dokter, kita sama-sama menangis, tanpa isak, dan menatap arah yang berlawanan. Tapi, masih saja kukatakan kepadamu, "Tidak apa-apa, Sayang. Tidak apa-apa. Kita masih muda." Engkau tahu betapa lukanya aku. Namun, aku sangat tahu, lukamu berkali lipat lebih menganga dibanding yang kupunya. Engkau selalu bisa segera tersenyum setelah merasakan sakit yang mengaduk perutmu, saat calon bayi kita dikeluarkan. Kaumemintaku menguburkannya di depan rumah kita yang sepetak. "Yang dalam, Kang. Biar nggak digali anjing." Jadi, ke mana aku bisa mencari perempuan sekuat dirimu?

Kaupasti tak pernah tahu, ketika suatu petang, sewaktu aku masih di tempat kerja, hampir merembes air mataku ketika kauberitahu. "Kang, Mimi ke Ujung Berung, jual cincin." Cincin yang mana lagi? Engkau sedang membicarakan cincin kawinmu, Sayang. Yang 3 gram itu. Aku membayangkan bagaimana kau beradu tawar menawar dengan pembeli emas pinggir jalan. Bukankah seharusnya aku masih mampu memberimu uang untuk makan kita beberapa hari ke depan? Tidak harus engkau yang ke luar rumah, melawan gemetar badanmu, bertemu dengan orang-orang asing. Terutama untuk menjual cincinmu? Cincin yang seharusnya menjadi monumen cinta kita. Tapi kausanggup melakukannya. Dan, ketika kupulang, dengan keringat sebadan, engkau menyambutku dengan tenang. Malam itu, tidak cuma tempe, cabe, dan lalap sawi yang kita makan. Kaupulang membawa uang.

Duh, Gusti, jadi bagaimana aku sanggup berpikir untuk mencari perempuan lain seperti dirinya? Ketika kondisi kita membaik, bukankah engkau tidak pernah meminta macam-macam, Cinta? Engkau tetap sesederhana dulu. Kaubelanja dengan penuh perhitungan. Kauminta perhatianku sedikit saja. Kau kerjakan semua yang seharusnya dikerjakan beberapa orang. Kaucintai aku sampai ke lapisan tulang. Sampai membran tertipis pada hatimu.

Ingatkah, Sayang? Aku pernah menghadiahimu baju, yang setelah itu kautak mau lagi membeli pakaian selama bertahun-tahun kemudian. Baju itu seharga kambing, katamu. Kautak mau buang-buang uang. Bukankah telah kubebaskan kau mengelola uang kita? Kautetap seperti dulu. Membuat prioritas-prioritas yang kadang membuatku kesal. Kau lebih suka mengisi celengan ayam jagomu daripada membeli sedikit kebutuhanmu sendiri.

Dunia, kupikir aku tak akan pernah menemui lagi perempuan seperti dia. Sepekan lalu, Sayang, sementara di rahimmu anak kita telah sempurna, kaumasih memikirkan aku. Menanyai bagaimana puasaku, bukaku, sahurku? Siapa yang mencuci baju-bajuku, menyetrika pakaianku. Bukankah sudah kupersilakan engkau menikmati kehamilanmu dan menyiapkan diri untuk perjuanganmu melahirkan anak kita?


"Kang, maaf, ya, dah bikin khawatir, gak boleh libur juga gak papa. Tadi tiba-tiba gak enak perasaan. Tau nih, mungkin krn bentar lagi." Bunyi smsmu saat kudalam perjalanan menuju Jakarta. Panggilan tugas. Dan, engkau sangat tahu, bagiku pekerjaan bukan neraka, tetapi komitmen. Seberat apa pun, sepepat apa pun, pekerjaan adalah sebuah proses menyelesaikan apa yang pernah aku mulai. Tidak boleh mengeluh, tidak boleh menjadikannya kambing hitam. Membaca lagi SMSmu membuatku semakin tebal bertanya, ke mana lagi kucari seorang pecinta semacammu.

Kau mencintaiku dengan memberiku sayap. Sayap yang mampu membawaku terbang bebas, namun selalu memberiku alamat pulang kepadamu. Selalu.

Lalu SMS mu itu kemudian menjadi firasat. Sebab, segera menyusul teleponmu, pecah ketubanmu. Aku harus segera menemuimu. Secepat-cepatnya meninggalkan Bandung menuju Cirebon untuk mendampingimu. "Terus kamu kenapa masih di sini? Pulang saja," kata atasanku ketika itu. Engkau tahu, Sayang, aku masih berada di dalam meeting ketika teleponmu mengabarkan semakin mendekatnya detik-detik lahirnya "tentara kecil" kita. Ketika itu aku masih berpikir, boleh kuselesaikan meeting itu dulu, agar tidak ada beban yang belum terselesaikan. Tapi, tidak. Atasanku bilang, tidak. "Pulang saja," katanya. Baru kubetul-betul sadar, memang aku segera harus pulang. Menemuimu. Menemanimu. Lalu, kusalami mereka yang ada di ruang rapat itu satu-satu. Tidak ada yang tidak memberikan dorongan, kekuatan, dukungan.

Lima jam kemudian aku ada di sisihmu. Seranjang sempit rumah sakit dengan infuse di pergelangan tangan kirimu. Kaumulai merasakan mulas, semakin lama semakin menggila. Semalaman engkau tidak tidur. Begitu juga aku. Berpikir untuk memejamkan mata pun tak bisa. Aku tatap baik-baik ekspresi sakitmu, detik per detik. Semalaman, hingga lepas subuh, ketika engkau bilang tak tahan lagi. Lalu, aku berlari ke ruang perawat.

"Istri saya akan melahirkan," kataku yakin.


Bergerak cepat waktu kemudian. Engkau dibawa ke ruang persalinan, dan aku menolak untuk meninggalkanmu. "Dulu ada suami yang ngotot menemani istrinya melahirkan, lihat darah, tahu-tahu jatuh pingsan," kata dokter yang membantu persalinanmu. Aku tersenyum, yang pasti laki-laki itu bukan aku. Sebab aku merasa berada di luar ruang persalinan itu akan jauh lebih menyiksa. Aku ingin tetap di sisihmu. Mengalirkan energi lewat genggaman tanganku, juga tatapan mataku.


Terjadilah. Satu jam. Engkau mengerahkan semua tenaga yang engkau tabung selama bertahun-tahun. Keringatmu seperti guyuran air. Membuat mengilap seluruh kulitmu. Terutama wajahmu. Menjerit kadangkala. Tanganmu mencengkeram genggamanku dengan kekuatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Kekuatan yang lahir oleh kesakitan. Engkau sangat kesakitan, sementara "tentara kecil" kita tak pula mau beranjak.

"Banyak kasus bayi sungsang masih bisa lahir normal, kaki duluan. Tapi anak ini kakinya melintang," kata dokter. Aku berusaha tenang. Sebab kegaduhan hatiku tidak bisa membantu apa-apa. Kusaksikan lagi wajah berpeluhmu, Sayang. Kurekam baik-baik, seperti fungsi kamera terbaik di dunia. Kusimpan lalu di benakku yang paling tersembunyi.

Sejak itu kuniatkan, rekaman itu akan kuputar jika suatu ketika kuberniat mencurangimu, menyakitimu, melukaimu, mengecewakanmu. Aku akan mengingat wajah itu. Wajah yang hampir kehilangan jiwa hanya karena ingin membuatku bahagia.

"Sudah tidak kuat, Kang. Nggak ada tenaga," bisikmu persis di telingaku. Karena sengaja kulekatkan telingaku ke bibirmu. Aku tahu, ini urusan nyawa. Lalu kumerekam bisikanmu itu. Aku berjanji pada hati, rekaman suaramu itu akan kuputar setiap lahir niatku untuk meminggirkanmu, mengecilkan cintamu, menafikkan betapa engkau permata bagi hidupku.

Aku mengangguk kepada dokter ketika ia meminta kesanggupanku agar engkau dioperasi. Tidak ada jalan lain. Aku membisikimu lagi, persis di telingamu,

"Mimi kuat ya. Siap, ya. Ingat, ini yang kita tunggu selama 5 tahun. Hayu semangat!"

Engkau mengangguk dengan binar mata yang hampir tak bercahaya. Aku tahu, ini urusan nyawa. Tapi mana boleh aku memukuli dinding, menangis sekencang angin, lalu mendongak ke Tuhan,

"Kenapa saya, Tuhan! Kenapa kami?"

Sebab, Tuhan akan menjawab,
"Kenapa bukan kamu? Kenapa bukan kalian?"

Aku mencoba tersenyum lagi. Mengangguk lagi kepadamu. "Semua akan baik-baik saja." Maka menunggumu di depan ruang operasi adalah saat di mana doa menjadi berjejal dan bernilai terkhusyuk sepanjang hidup. Seandainya aku boleh mendampingi operasimu. Tapi tidak boleh. Aku menunggumu sembari berkomat-kamit sebisaku. Aku sendirian. Berusaha tersenyum, tetapi sendirian. Tidak - tidak terlalu sendirian. Ada seseorang mengirimiku pesan pendek dan mengatakan kepadaku, "Aku ada di situ, menemanimu." Kalimat senada kukatakan kepadanya suatu kali, ketika dia mengalami kondisi yang memberatkan. "Apa kepala bebalmu tidak merasa? Aku ada di situ! Menemanimu!"

Lalu, tangis itu! Rasanya seperti ada yang mencabut nyawaku dengan cara terindah sedunia. Tangis itu! Tentara kecil kita. Menjadi gila rasanya ketika menunggu namaku disebut. Berlari ke lorong rumah sakit ketika tubuh mungil itu disorongkan kepadaku. "Ini anak Bapak"

Tahukah engkau, Sayang. Ini bayi yang baru keluar dari rahimmu, dan aku harus menggendongnya. Bukankah dia terlau rapuh untuk tangan-tangan berdosaku? Dokter memberiku dukungan. Dia tersenyum dengan cara yang sangat senior. "Selamat, ya. Bayinya laki-laki."

Sendirian, berusaha tenang. Lalu kuterima bayi dalam bedongan itu. Ya, Allah, bagaimana membahasakan sebuah perasaan yang tidak terjemahkan oleh semua kata yang ada di dunia Makhluk itu terpejam tenang semacam malaikat; tak berdosa. Sembari menahan sesak di dadaku, tak ingin menyakitinya, lalu kudengungkan azan sebisaku. Sebisaku. Sebab, terakhir kukumandangkan azan, belasan tahun lalu, di sebuah surau di pelosok Gunung Kidul. Azan yang tertukar redaksinya dengan Iqomat.

Mendanau mataku. Begini rasanya menjadi bapak? Rasanya seperti tertimpa surga. Aku tak pedul lagi seperti apa itu surga. Rasanya sudah tidak perlu apa-apa lagi untuk bahagia. Momentum itu berumur sekitar lima menit. Tentara kecil kita diminta oleh perawat untuk dibersihkan. Ingatanku kembali kepadamu. Bagaimana denganmu, Sayang? Kukirimkan kabar tentang tentara kecil kita kepada seseorang yang semalaman menemani kita bergadang dari kejauhan. Dia seorang sahabat, guru, inspirator, pencari, dan saudara kembarku. "He is so cute," kata SMS ku kepadanya.

Sesuatu yang membuat laki-laki di seberang lautan itu menangis dan mengutuk dirinya untuk menyayangi bayi kita seperti dia merindukan dirinya sendiri. Sebuah kutukan penuh cinta.

Setengah jam kemudian, berkumpul di ruangan itu. Kamar perawatan kelas dua yang kita jadikan kapal pecah oleh barang-barang kita. Engkau, aku, dan tentara kecil kita. Seorang lagi; keponakan yang sangat membantuku di saat-saat sulit itu. Seorang mahasiswi yang tentu juga tidak tahu banyak bagaimana mengurusi bayi. Tapi dia sungguh memberiku tangannya dan ketelatenannya untuk mengurusi bayi kita.

Engkau butuh 24 jam untuk mulai berbicara normal, setelah sebelumnya seperti mumi. Seluruh tubuhmu diam, kecuali gerakan mata dan sedikit getaran di bibir. Aku memandangimu, merekam wajahmu, lalu berjanji pada hati, 50 tahun lagi, engkau tidak akan tergantikan oleh siapa pun di dunia ini.

Lima hari, Sayang. Lima hari empat malam kita menikmati bulan madu kita sebenar-benarnya. Aku begitu banyak berimprovisasi setiap hari. Mengurusi bayi tidak pernah ilmunya kupelajari. Namun, apa yang harus kulakukan jika memang telah tak ada pilihan? Aku menikmati itu. Berusaha mengurusmu dengan baik, juga menenangkan tentara kecil kita supaya tangisnya tak meledak-ledak.

"Terima kasih, Kang," katamu setelah kubantu mengurusi kebutuhan kamar mandimu. Lima tahun ini apa keperluanku yang tidak engkau urus, Sayang? Mengapa hanya untuk pekerjaan kecil yang memang tak sanggup engkau lakukan sendiri, engkau berterima kasih dengan cara paling tulus sedunia? Lalu ke mana kata "terima kasih" yang seharusnya kukatakan kepadamu sepanjang lima tahun ini? Tahukah engkau, kata "terima kasih" mu itu membuat wajahmu semelekat magnet paling kuat di kepalaku.

Mengurusimu dan bayi kita. Lima hari itu, aku menemukan banyak gaya menangisnya yang kuhafal di luar kepala, agar aku tahu apa pesan yang ingin dia sampaikan. Gaya kucing kehilangan induk ketika ia buang kotoran. Gaya derit pintu ketika dia merasa kesepian, gaya tangis bayi klasik (seperti di film-film atau sandiwara radio) jika dia merasa tidak nyaman, dan paling istimewa gaya mercon banting; setiap dia kelaparan. Tidak ada tandingnya di rumah sakit bersalin yang punya seribu nyamuk namun tidak satu pun cermin itu. Dari ujung lorong pun aku bisa tahu itu tangisannya meski di lantai yang sama ada bayi-bayi lain menangis pada waktu bersamaan.

Ah, indahnya. Tak pernah bosan kutatapi wajah itu lalu kucari jejak diriku di sana. Terlalu banyak jejakku di sana. Awalnya kupikir 50:50 cukup adil. Agar engkau juga merasa mewariskan dirimu kepadanya. Tapi memang terlalu banyak diriku pada diri bayi itu. Hidung, dagu, rahang, jidat, tangis ngototnya, bahkan detail cuping telinga yang kupikir tidak ada duanya di dunia. Ada bisik bangga, "Ini anakku, anak laki-lakiku. "

Tapi tenang saja, istriku, kulitnya seterang dan sebening kulitmu. Rambutnya pun tak seikal rambutku. Kuharap, hatinya kelak semembentang hatimu.

Kupanggil dia Sena yang berarti tentara. Penggalan dari nama sempurnanya: Senandika Himada. Sebuah nama yang sejarahnya tidak serta-merta. Panjang dan penuh keajaiban. Senandika bermakna berbicara dengan diri sendiri; kontemplasi, muhasabbah, berkhalwat dengan Allah. Sedangkan Himada memiliki makna yang sama dengan Hamida atau Muhammad: YANG TERPUJI dan itulah doa kita untuknya bukan, Sayang? Kita ingin dia menjadi pribadi yang terpuji dunia akhirat. Kaya nomor sekian, pintar pun demikian, terkenal apalagi. Yang penting adalah terpuji mulia dan ini bukan akhir kita, bukan, Honey? Ini menjadi awal yang indah. Awalku jatuh cinta (lagi) kepadamu.

(persembahan buat setiap perempuan, dan ibu yang hatinya semembentang samudra)

Semoga bermanfaat dan penuh Kebarokahan dari Allah.....
Marilah Setiap detak-detik jantung..,selalu kita isi dengan Asma Teragung diseluruh jagad semesta raya ini...

Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma wabihamdika AsyaduAllahilaha illa Anta Astagfiruka wa'atubu Ilaik..

08 April 2011

relativity theory of time : Time seems muuuuuch longer n slower when you expect something to happen sooner...

29 March 2011

Hanya pengen bilang...
kalau aku kangen kamu :)

23 March 2011

Sabtu, 20.23 WIB... Engkau benar2 pergi ninggalin semua kenangan juga keluargamu yang ada didunia ini menuju lebih dekat dengan Allahu Rabb. Walau hingga kini kami masih berfikir ini bukan yang terbaik bagimu karena sejatinya engkau tidak menderita sakit apapun, namun kami yakin kalau ini yang terbaik menurut Sang Maha Pencipta.

Istirahatlah Kek dalam tidur tenangmu di pelukan Sang Maha Esa.. lantunan doa dari cucu-cucu mu semoga tak lelah kami sampaikan demi menerangi jalanmu dalam tidur panjangmu hingga suatu saat nanti engkau dibangunkan kembali olehNya.

Kami menyayangimu Kek, dan sesungguhnya kami Insya Allah akan menyusulmu, kami minta ampun kepada Allah untuk kami dan untukmu.

21 February 2011

You could be my unintended
Choice to live my life extended
You could be the one I'll always love
You could be the one who listens to my deepest inquisitions
You could be the one I'll always love

I'll be there as soon as I can
But I'm busy mending broken pieces of the life I had before

First there was the one who challenged
All my dreams and all my balance
She could never be as good as you

You could be my unintended
Choice to live my life extended
You should be the one I'll always love

I'll be there as soon as I can
But I'm busy mending broken pieces of the life I had before

I'll be there as soon as I can
But I'm busy mending broken pieces of the life I had before

Before you

19 February 2011

Banyak orang bilang..

Kalau stress bawaanya pengen makaaaaann terus, dan kayaknya istilah itu bener lho.
Bukan hanya sekedar pembelaan atau alasan pembenar dari sifat rakus wohohoho :p ... Semua-semuanyaa dimakan, bukan hanya makanan/minuman kesukaan aja tapi udah termasuk SEGALANYA hahaha *yang halal pastinya*..

Hmmm kayaknya perlu sedikit diluruskan tentang maksud Pemakan Segalanya hehehe
Maksudnya gini lho, kebiasaan makan sedikit berubah nih.. kalau dulu hanya seputaran nasi dan makanan rumahan tapi kali ini nafsu banget kalau liat masakan yang agak nyeleneh.
Kalau dulu makan pizza dan sejenisnya hanya kalau ingat aja, tapi sekarang jadi menu wajib mingguan hehe :)

Tapi bukan hanya untuk urusan makan, belakangan ini hobi masak seakan menjadi kegiatan rutin hari-hariku mengikuti kegilaanku sama makan. Kalau dulu hanya cukup dengan makan apa yang ada atau apa yang disediakan catering kantor, tapi kali ini mulai milih.. mulai rajin masak kalau ternyata cateringnya nggak nyediain makanan yang sesuai ama seleraku hari itu..

Nggak harus makan atau masak makanan yang mahal atau sampai harus bela-belain muter-muter pasar demi ngedapetinnya, cuma perlu dateng ke Berastagi Supermarket trus jalan-jalan dikit dan taaaaaa dapet deh bahan yang dicari.

Udah seminggu ini ngutak ngatik resep buat dimsum dan hasilnya amat sangat memuaskan *narsis* hahahaha dan minggu ini giliran buat lumpianya...

Pengin sih sekali-kali posting tentang step by step masak suatu masakan beserta gambar sebagai bukti kalo memang daku yang masak wohohoho...

nih foto2 makanan (lebih banyak hasil traktiran) yang pernah masuk ke lambungku ^^

5 scoops ice cream wohohoho


Ditraktir Bun2, hmm sedikit protes untuk brownise nya *nggak enak*

minuman wajib kalau di Pizza hut

so yummy, chicken cheese rice

super supreme yang membuat tebodo

lovely beef lasagna

ternyata brokoli nggak cocok dengan pizza

pesen dikantor

dessert Marriott Cafe *ditraktir boss*

traktiran boss juga :)

sop kepiting yang *nggak jelas*

goreng telur pun harus pas letak 'mata' nya

sarapan yang sedikit sok wohoho

ini sih kudapan waktu pesta

makan siang di kantor pake ikan mas arsik

kadang kalau nggak ada bahan, makan indonie juga hihihi

nah kalau yang ini lagi banjir banget di Medan... murah banget pula tuh.....

Nah, berhubung ni hari sabtu... saatnya berburu makanan lagi :)
Papay ^^v

16 February 2011

Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula... Mengertilah,bersabarlah sedikit terhadap aku.

Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu... ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.

Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku... Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribukali kuceritakan agar kau tidur.

Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku... Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?

Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tehnologi dan hal-hal baru, jangan mengejekku.... Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap “mengapa” darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku... Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.

Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingat... Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka... Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai belajar menjalani kehidupan.

Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku.

Beri aku cintamu dan kesabaran... aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur, dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu.

02 February 2011





Sehari sebelum Tahun Baru Imlek, udah banyak rencana yang difikirkan untuk kemudian direncanakan sampai akhirnya dicetuskan. Karena apa? karena menurut perkiraan kami, Imlek ini bakal libur panjang sama seperti libur Lebaran.
Toh pada waktu Imlek bukan jadi Libur Nasional saja perusahaan udah menetapkan paling sedikitnya 3 hari libur apalagi saat sekarang???..

Tapi hari ini semua rencana itu perlahan-lahan mundur dari peredarannya hehehe karena si Boss besar sudah menetapkan kalau TIDAK ADA LIBUR di Imlek kali ini kecuali besok ditanggal merah kalender!.

Yup, rasa kesal pasti ada... tapi mau gimana lagi?
Gapapa la dkantor aja ntar hari Jumat, yah minimal bisa make internet gratis sampe sore hehehe.

Ngomong-ngomong tentang Imlek, banyak hal menarik yang bisa dibahas yah walaupun bukan kebudayaan saya tapi selama 4 tahun ini mau atau tidak saya sudah sedikit memiliki keterkaitan dengan budaya mereka. Budaya dan hanya budaya bukan tentang sesuatu hal yang bertentangan dengan Diniah Islam saya dan budaya saya selaku wong jowo hhihihi =) yahh walaupun saya pernah ikut dalam ritual mereka saat bangunan B&G dulu selesai dibangun.

Setiap perayaan hari raya apapun agamanya, selalu memuat makna bagi pemeluknya dan juga dirasakan bagi komunitas lain di sekitarnya. Ritme kehidupan keseharian berubah menjadi suatu momentum yang menggembirakan. Ritualisme kultural kemudian memuat dimensi ekonomi. Umat Konghuchu atau ethnik Tionghoa kemanapun mereka merantau akan kembali berkumpul dalam keluarga (puan yuan) terutama pada saat sembahyang ching bing. #Ching Bing itu semacam tahun barunya orang-orang yang sudah meninggal dunia. Sehingga, keluarga yang masih hidup diharapkan menyisihkan waktu untuk berdoa bagi mereka#

Menyambut Imlek kali ini, berbagai persiapan dilakukan dalam keluarga dan di lingkungan komunitas Tionghoa. Makan malam bersama menjadi tradisi spiritual dan melembaga dalam keluarga. Ikan dingkis yang bertelur dengan harga raturan ribu perkilo menjadi menu utama. Buah jeruk Mandarin, baik itu Ponkam atau juga shantang menjadi penghias dan buah penanda Imlek love it, berbagai ukuran dan rasa kue bakol disajikan. Rumah-rumah dihiasi dengan pernak-pernik Imlek. Budaya memberi dalam bentuk angpao berwarna merah memeriahkan suasana yang kemudian kertas merah ini digantung di pohon angpao (yin liu). Lima belas hari dalam suasana berbahagia sampai ke-15 Imlek (cap go me) juga dirayakan memaknai spiritualitas dan ritualitas hari esok yang diharapkan lebih baik. Gambar dewa uang si pembawa rezeki selalu disucikan. Dilakukan aksi bersih-bersih di tempat ibadah maupun rumah, agar murah rezeki dan keberuntungan usaha nggak terkecuali di kantor... hwaaaa ajaib lihat meja kerjaku bisa rapih bersihhhh =)

Imlek memang tahun baru Tionghoa. Tapi kalimat “Gong xi fa cai”, yang banyak terdengar atau ditempel di selama Imlek yang tahun ini jatuh pada Kamis (3/2), bukan berarti “selamat tahun baru” karena “gong xi fa cai” itu berarti “selamat dan semoga sejahtera”.

Kadang tulisan “gong xi fa cai” ditulis dengan cara lain karena beda ejaan dan dialek. Misalnya saja “keong hee huat chie” (Hokkien), “kung hei fat choi” (Kanton atau Hongkong), atau “kung hei fat choi” (Hakka).

Meski tulisannya tampak jauh dari dialek lain, tapi cara membaca “Gong Xi Fa Cai” tidak jauh berbeda dengan yang lain yakni: “kung shi fa tsai”. Ini karena huruf “g” di ejaan resmi itu dibaca “k”, “x” dibaca “sh”, dan “c” dibaca “ts”.

Sebagai perbandingan, kata “kungfu” yang biasa di kenal di Indonesia, dalam ejaan resmi Mandarin menjadi “Gongfu”.

“Gong xi fa cai” itu menggunakan bahasa Mandarin dengan Hanyu Pinyin, ejaan huruf Latin yang dipakai resmi di Cina, Taiwan, dan Singapura. Sedang dialek lain menggunakan ejaan tidak resmi Wade-Giles.

Untuk anak-anak, ucapan yang digunakan lebih panjang lagi. Mereka akan mengatakan “gong xi fa cai, hong bao na lai” (kung shi fa tsai, ang pao na lai) yang berarti “selamat dan sejahtera, bawakan saya ang pao”. Bagi anak-anak Tionghoa, Imlek itu seperti Lebaran, saatnya mengumpulkan angpao. Kalau ada yang ngasi angpao ke saya, sumpah deh saya nggak akan nolak hehehe ^^v

Ucapan “gong xi fa cai” saling dipertukarkan saat Imlek sejak ribuah tahun yang lalu. Ingat saja, penanggalan Cina sekarang sudah berusia 26 abad, lebih tua enam abad dibanding penanggalan Masehi.

Malamnya biasanya warga bersembahyang, mendoakan agar besoknya hari hujan, karena hujan membawa kehidupan dan keberkahan alam dan seisinya. tapi kalau saya berdoa biar nggak ujan, soalnya mau cari sepeda di tukang loakan hehe. Tanglong berwarna merah atau lampion berbagai bentuk menjadi lentera tipikal yang selalu juga lantera ini dihiasi dengan huruf China kemudian digantung sebagai tanda keberuntungan (hoki). Di mana-mana Tua Pekong berbenah merayakan tahun baru Imlek. Membangun spiritualitas diri ditandai pula dengan pembakaran hio kerbau raksasa misalnya di Klenteng Tua Pek Kong Windsor. Permainan barongsai diikuti dengan musik oriental. Di Kota Medan saja nuansa Imlek amat sangat terasa, ditandai dengan berbagai ornamen Imlek yang selalu dipajang di hampir seluruh gedung pusat perbelanjaan, hotel bahkan Bank.

Ngomong-ngomong tentang hal ini, saya sedikit merasa heran.. hampir di seluruh bank swasta PASTI gila-gilaan memajang ornamen dan hiasan Imlek, bahkan gedung yang warnanya kuning berubah total menjadi warna MERAH hehehe pas banget kalau SIMPATI buat iklan disana atau malahan PDI perjuanagan kampanye disana ^^

Mungkin hanya di Bank pemerintah saja yang tidak berlebihan memasang ornamen dan hiasan seperti ini..
Salah satu sudut ornamen di kantor

Finally... Selamat merayakan Tahun Baru Imlek buat semua warga Tionghoa, teman-teman saya, juga buat my luvly boss. Semoga kesehatan dan kesuksesan terus ada untuk kita semua ditahun Kelinci ini.

Gong Xi, Gong Xi

Happy Chinese New Year. May better luck come into us in this new year. Gong xi. Gong xi. Gong xi fa Cai


21 January 2011

Medan at dusk #jepretdijalan



Gold at the end of the rainbow!!



Ini Medan Bung!!!


Kadang-kadang rapih juga :p


Paling suka kalau sedikit 'gelap' #leyehleyeh


Ayohhh yang kangen Medan
Medan, Medan, Medaaaaaannnnnnnn!

11 January 2011

setelah lama nggak punya NSP buat hape.. skarang buat :)
gpp toh gratisan

untuk yang mau telp, yok di telpon
ga usah ragu...
misscall juga gpp, kan skedar dengerin NSP doang :p

10 January 2011



Kebanyakan pria selalu ingin berada di dekat seorang wanita yang benar-benar dia inginkan sepanjang waktu. Mereka memiliki segudang alasan untuk itu.

Tapi, ketika tiba waktunya untuk berkomitmen dengan pasangannya, umumnya pria mencoba menghindari situasi itu dengan berbagai alasan. Ingin tahu alasannya mengapa pria takut ‘terikat’? Simak artikel yang dikutip dari laman Dating Tips ini.

- Dia tidak ingin "terikat"

Bagi kebanyakan pria, masuk ke hubungan yang lebih serius berarti tidak bisa lagi melakukan apa yang dapat mereka lakukan sebelumnya. Ini mungkin berarti dia tidak ingin ada orang lain yang membatasinya. Atau mungkin, mereka masih ingin menjalin hubungan khusus dengan wanita lain.

- Ada wanita lain dalam pikirannya

Sebagian pria tidak ingin berkomitmen ke hubungan resmi karena mereka masih terbayang-bayang wanita lain yang sangat diinginkannya.

- Dia takut gagal

Beberapa pria takut berkomitmen karena mereka mungkin memiliki masalah tertentu. Salah satunya adalah takut hubungan tidak akan berhasil seperti sebelumnya.

- Memiliki pengalaman buruk dari hubungan sebelumnya

Sebagian pria mungkin takut membuat ikatan dengan wanita karena memiliki beberapa pengalaman buruk dalam kisah percintaan sebelumnya. Mereka mengalami trauma sehingga cenderung menghindari komitmen agar tidak masuk ke situasi yang sama lagi.

- Dia tidak benar-benar ada dalam hubungan

Beberapa pria tidak ingin komitmen hanya karena mereka tidak benar-benar ada dalam hubungan itu. Mereka hanya memikirkan aspek fisik wanita belaka. Mereka tidak ingin masuk ke sisi emosionalnya.

- Dia tidak ingin ditekan

Mengajaknya berkomitmen kadang-kadang dapat menyebabkan pria tidak nyaman. Bagi mereka, ajakan itu serasa suatu paksaan.

sumber

 
Copyright (c) 2011 Adiba's Mommy. Design by Wordpress Themes.

Themes Lovers, Download Blogger Templates And Blogger Templates.
Desing Downloaded From Free Blogger Templates | Free Website Templates | Free PSD Graphics